KerinciNasional

Tanpa Pengawasan, Proyek D.I Siulak Deras Rp. 12 Milliar Diduga Abaikan Kualitas

293
×

Tanpa Pengawasan, Proyek D.I Siulak Deras Rp. 12 Milliar Diduga Abaikan Kualitas

Sebarkan artikel ini

Kerinci, – Proyek rehabilitasi jaringan irigasi Daerah Irigasi (D.I) Siulak Deras di Kabupaten Kerinci, Jambi, yang menelan anggaran negara hingga Rp12 miliar dari APBN Tahun 2025, kini menjadi sorotan tajam publik. Alih-alih memberi manfaat besar bagi petani dan masyarakat sekitar, pelaksanaan proyek justru memunculkan sejumlah persoalan serius di lapangan.

Berdasarkan pantauan, kegiatan pengecoran konstruksi dilakukan langsung di aliran Sungai Batang Merao. Praktik ini menimbulkan keraguan besar terkait mutu pekerjaan. Para ahli konstruksi menyebut pengecoran di dalam aliran air berisiko membuat campuran beton tidak mengikat sempurna, sehingga berdampak pada kekuatan bangunan dalam jangka panjang. Jika mutu beton menurun, proyek bernilai miliaran rupiah ini dikhawatirkan tidak akan bertahan lama dan berpotensi merugikan negara.

Tak hanya menyangkut kualitas material, aktivitas proyek yang menurut sumber berita merupakan milik H. Iwan salah seorang kontraktor Asal Semurup, Kerinci juga diduga mengganggu ekosistem sungai. Aliran Sungai Batang Merao yang menjadi sumber air bagi warga sekitar terancam tercemar akibat sisa material proyek yang hanyut bersama arus dan hasil bongkahan tanah galian yang langsung mencemari aliran sungai Batang Merao. Kondisi tersebut membuat keresahan di kalangan masyarakat semakin meningkat, sebab sungai tersebut tidak hanya penting untuk irigasi tetapi juga untuk kebutuhan sehari-hari warga.

Lebih jauh, ketiadaan tenaga pengawas di lapangan semakin memperburuk keadaan. Absennya pengawasan menimbulkan tanda tanya besar mengenai sejauh mana transparansi dan akuntabilitas proyek ini dijalankan. Publik mempertanyakan apakah kontraktor pelaksana bekerja sesuai prosedur, ataukah ada pembiaran dari pihak berwenang yang seharusnya mengawasi jalannya proyek.

Arman, seorang warga setempat, menyuarakan kekhawatirannya. “Kalau pengecoran dilakukan di dalam air, bagaimana nanti kekuatan betonnya? Ini kan proyek besar, mestinya ada pengawasan yang jelas. Jangan sampai uang rakyat sebesar itu terbuang sia-sia,” ujarnya dengan nada kecewa.

“Dan juga lanjut Arman, sisa tanah galian dengan menggunakan alat berat hampir semuanya masuk ke aliran sungai Batang Merao jelas ini mencemari aliran sungai,” terang Arman.

Sejumlah pihak menilai, permasalahan dalam proyek irigasi Siulak Deras ini bukan sekadar persoalan teknis, melainkan juga menyangkut integritas pengelolaan anggaran negara. Proyek yang sejatinya bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani melalui sistem irigasi yang lebih baik, justru berisiko berubah menjadi beban akibat dugaan kelalaian dan lemahnya pengawasan.

Hingga kini, belum ada keterangan resmi dari instansi terkait mengenai indikasi permasalahan di lapangan. Masyarakat berharap pemerintah daerah maupun aparat penegak hukum turun tangan untuk memastikan pengerjaan proyek sesuai dengan standar teknis, serta menindak tegas apabila ditemukan adanya pelanggaran.

Proyek dengan nilai Rp12 miliar ini seharusnya bisa menjadi solusi bagi ribuan hektar sawah di Kabupaten Kerinci. Namun, jika dibiarkan tanpa pengawasan yang memadai, hasilnya bisa menjadi sebaliknya: proyek mangkrak, mutu rendah, dan potensi kerugian negara yang tidak kecil.(***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *